JAKARTA - Program daur ulang ponsel bekas seperti yang dilakukan Nokia melalui kampanye 'Nokia Give and Grow' memang terbilang baru bagi masyarakat Asia, khususnya Indonesia. Nokia mengakui masih sedikit masyarakat yang mengetahui bahwa produk elektronik seperti ponsel ternyata bisa didaur ulang.
"Publik masih membutuhkan edukasi serta penyebaran informasi lebih luas mengenai program daur ulang ponsel, karena ini merupakan sesuatu yang baru bagi masyarakat Asia," cetus Senior Sustainability Manager Nokia South East Pacific Francis Cheong, Rabu (15/6/2011).
Salah satu penyebab asingnya konsep daur ulang ponsel di kalangan penduduk Asia, menurut Francis adalah, mereka memang tidak menyadari bahwa ponsel tak terpakai mereka bisa didaur ulang.
"Selain itu, masyarakat juga tidak tahu kemana harus menyerahkan ponsel bekas mereka dan siapa saja yang melaksanakan program daur ulang ini. Karena itu, kami terus berupaya mengedukasi publik serta menyediakan lokasi drop box daur ulang ponsel yang mudah dijangkau," lanjutnya.
Tantangan lain dalam mengedukasi publik adalah bagaimana meyakinkan mereka untuk menyerahkan ponsel bekas mereka untuk didaur ulang ketimbang dijual kembali di pasaran. Francis mengklaim ‘kemasan’ yang menarik akan berperan besar dalam menyadarkan masyarakat akan pentingnya program daur ulang.
"Masyarakat Asia memang cenderung enggan membuang sesuatu. Mereka lebih senang menjual kembali ponsel yang sudah tidak terpakai. Tapi jika anda bisa mengemas kampanye yang menarik dan memberikan informasi secara lengkap bagaimana program ini bisa membantu menyelamatkan bumi, masyarakat akan terpanggil," tutup Francis.
"Publik masih membutuhkan edukasi serta penyebaran informasi lebih luas mengenai program daur ulang ponsel, karena ini merupakan sesuatu yang baru bagi masyarakat Asia," cetus Senior Sustainability Manager Nokia South East Pacific Francis Cheong, Rabu (15/6/2011).
Salah satu penyebab asingnya konsep daur ulang ponsel di kalangan penduduk Asia, menurut Francis adalah, mereka memang tidak menyadari bahwa ponsel tak terpakai mereka bisa didaur ulang.
"Selain itu, masyarakat juga tidak tahu kemana harus menyerahkan ponsel bekas mereka dan siapa saja yang melaksanakan program daur ulang ini. Karena itu, kami terus berupaya mengedukasi publik serta menyediakan lokasi drop box daur ulang ponsel yang mudah dijangkau," lanjutnya.
Tantangan lain dalam mengedukasi publik adalah bagaimana meyakinkan mereka untuk menyerahkan ponsel bekas mereka untuk didaur ulang ketimbang dijual kembali di pasaran. Francis mengklaim ‘kemasan’ yang menarik akan berperan besar dalam menyadarkan masyarakat akan pentingnya program daur ulang.
"Masyarakat Asia memang cenderung enggan membuang sesuatu. Mereka lebih senang menjual kembali ponsel yang sudah tidak terpakai. Tapi jika anda bisa mengemas kampanye yang menarik dan memberikan informasi secara lengkap bagaimana program ini bisa membantu menyelamatkan bumi, masyarakat akan terpanggil," tutup Francis.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar